Inikah Cinta Itu ?
Apakah aku mencintaimu ?
Entahlah, aku tak pernah mengerti apa itu CINTA.
Aku tak pernah ingin mengenal kosa kata aneh itu.
Bukan karena aku tak memilikinya
Tapi, ada satu hal yang selalu tak bisa kujelaskan
Jalan pikiranku memang selalu berbeda dengan kalian.
Aku bukanlah pengejar cinta
Aku tak pernah mencari dimana cintaku bersembunyi
Apakah dibalik kabut atau tertutupi cahaya senja yang mulai
meredup ?
Entahlah, aku terlalu acuh dengan keberadaannya.
Marahkah dia padaku ?
Entahlah, aku tak pernah bertanya apa yang dia rasakan
tentang acuhku.
Karena kami tak pernah bertemu,
Bahkan hanya untuk saling
melirik atau saling memberi segaris
senyum bulan sabit diantara kami.
Tidak !! Ya memang tidak.
Bencikah dia padaku ?
Aku rasa tidak.
Dia selalu berusaha menemuiku
Namun selalu saja aku,
Kembali berbalik arah saat aku
melihatnya
Menungguku dipersimpangan
jalan
Dengan tatap sejuknya dan
senyum surganya
Namun sekali lagi aku acuh.
Yang hanya dengan mudah
berbalik arah
Tanpa kutinggalkan satu garis
senyum
Atau satu lirikan dan kedipan
mata
Tanda isyarat padanya
Tapi, dunia ini seakan berubah
180 ◦
Ya, benar - benar berubah.
Saat aku tak sengaja
terperangkap dalam jebaknya yang sengaja
dia buat untuk menemuiku.
Kutatap matanya, dalam dan
sangat dalam
Kulihat ada sesuatu yang
berbeda yang belum pernah kulihat
sebelumnya
Indah dan sangat indah, aku
ingin tinggal didalamnya.
Ya, aku benar – benar ingin
selalu ada bersamanya
Kemudian aku pergi menelusuri
lebih dalam,
Lagi – lagi kutemui sebuah
ruang.
Tapi, ini berbeda benar –
benar sangat berbeda.
Ruangan ini sangat gelap,
kusam dan tidak beraturan.
Namun, lagi – lagi aku acuh
Bukan karena aku tak ingin
menemuinya
Tapi, karena aku sudah terlalu
terlena dengan kata manis yang disebut cinta.
Dan karena aku terlalu angkuh,
yang merassa takkan menemuinya dan merasakannya.
Tapi, ternyata tidak
Ruang manis dan ruang gelap
itu adalah satu ruang yang tak dapat dipisahkan.
Hanya tersekat oleh selaput
tipis yang tak terlihat
Ya, benar – benar tipis
Mungkin setipis helai rambut
atau setipis kabut
Akhirnya, aku pun memasuki ruang gelap itu
Saat aku sudah sangat nyaman
dan tak ingin kehilangan cintanya
Namun, cinta membawa ku pergi
Memberi tahuku, cinta yang
lainnya.
Berusaha memberitahuku, bahwa
ini juga aku
Ini juga yang disebut cinta.
Aku benar – benar tak percaya
dengan apa yang ia katakan dan jelaskan.
Aku jatuh, aku terpuruk, aku
hancur.
Aku menyesal percaya dengan
kata – kata manis buaiannya
Aku menyesal dengan angkuhku
Aku menyesal dengan egoku
Aku benci dengan cintanya
Cintanya yang telah membuangku
Inikah cinta yang dulu,
Cinta yang selalu setia
menungguku dipersimpangan jalan
Cinta yang tak pernah marah
jika aku mengacuhkannya
Inikah yang disebut cinta
Yang pergi,
Saat aku berusaha megenggam
erat tangannya
Saat aku tak ingin
kehilangannya
Saat aku tak ingin keluar dari
kehidupannya
Saat nafas, dan hidupnya
adalah nafas dan kehidupanku
Inikah cinta yang setia nan
abadi
Yang tega pergi meninggalkanku
sendiri
Dalam gelap keterpurukan
diantara dinginnya malam
Dimana cinta yang dulu mampu
menghangatkan ?
Kemana dia pergi ?
Acuhkah dia sekarang terhadap
sosok yang pernah menjadi pujaanya?
Angkuhkah dia terhadap sosok
yang dulu dia kejar dan selalu menjadi mimpi indah dalam hidupnya ?
Benarkah ini yang selalu mereka bilang cinta sejati ?
Entahlah, saat aku bertanya hanya kata “ tidak “ yang aku dengarkan atau
terkadang ada yang menjawab “ bukan “ atau sesekali ada yang memberitahuku
bahwa cinta itu bukanlah cinta milikku.
Sudahlah, cinta mungkin terlalu rumit untuk dimengerti.
Biar waktu yang akan memberitahuku. Tentang arti dan
hikayat dari sebuah cinta yang sebenarnya.
Maharani.17 September 2015